Bahasa Indonesia 2 (Artikel 1)

Nama : Gita Rahardiyani Ayuningtyas

NPM : 10207503

Tugas : Bahasa Indonesia

Judul : Artikel




TANAH AIR

Danau Sentarum, Surganya Peneliti

Sabtu, 20 Februari 2010 | 04:21 WIB

Oleh C Wahyu Haryo dan Fandri Yuniarti

Namanya danau. Namun, jangan bayangkan bahwa tempat itu seperti kolam raksasa yang terus berisi air. Pada musim hujan, ketinggian air bisa mencapai 14 meter. Akan tetapi, saat kemarau—biasanya Juli dan Agustus—”danau kebanjiran” itu berubah menjadi lahan kering yang dihiasi ratusan kolam ikan dan sejumlah sungai kecil.

Saat cuaca cerah, sekelompok burung bangau beterbangan menghiasi langit. Sesekali burung enggang dengan paruhnya yang khas itu melengkapi keelokan alam. Di sisi lain, puluhan bekantan berlompatan dari satu dahan ke dahan lainnya, menandakan kedamaian dan kemerdekaan yang tak ternilai harganya.

Itulah Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) yang berada di Kabupaten Kapuas Hulu di bagian timur Kalimantan Barat, sekitar 700 kilometer timur laut Kota Pontianak, seperti terpotret akhir Januari lalu. Kawasan konservasi yang luasnya 132.000 hektar itu terdiri atas 89.000 hektar hutan rawa tergenang dan 43.000 hektar daratan.

Sebelum ditetapkan sebagai taman nasional tahun 1999, Sentarum berstatus cagar alam (1981/1982) dan suaka margasatwa (sejak 1983). Selain memiliki keanekaragaman hayati, Sentarum juga tercatat sebagai hutan lahan basah tertua di dunia.

Taman nasional itu sebenarnya merupakan kumpulan sekitar 20 danau besar-kecil yang berada di daerah aliran sungai perhuluan Kapuas. Sebutan Sentarum sejatinya hanyalah nama salah satu sungai di kawasan tersebut.

Hingga kini Sentarum masih tercatat sebagai hutan rawa tergenang yang terluas di Indonesia dan memiliki fungsi unik, sebagai daerah tangkapan air sekaligus bendungan. Di kawasan itu diperkirakan tersimpan 16 triliun meter kubik air per tahun.

Bisa diprediksi, apa yang akan terjadi jika fungsi Sentarum terabaikan. Sebagai gambaran, Situ Gintung di Tangerang yang beberapa waktu lalu tanggulnya jebol dan memuntahkan 2 juta meter kubik air telah menghancurkan ratusan rumah dan menewaskan puluhan orang.

Kepala Seksi Semitau pada Balai TNDS Budi Suriansah mengatakan, di sekitar daerah tangkapan air Sentarum diperkirakan ada penata air alami. ”Ada pusaran air di muara Sungai Tawang yang menghubungkan Sentarum dengan Sungai Kapuas, begitu juga di sejumlah titik di bagian hulu. Karena itu, saat kemarau, air yang keluar dari danau tak seluruhnya turun ke hilir. Air tersebut sebagian akan kembali,” katanya, menjelaskan mengapa danau yang berada di ketinggian sekitar tujuh meter dari permukaan Sungai Kapuas itu bisa tergenang sekitar 10 bulan dalam setahun.

Air yang ditampung TNDS tak hanya merupakan luapan air sungai di sekitarnya, terutama Sungai Kapuas. Saat curah hujan tinggi, air dari Pegunungan Lanjak (di utara TNDS), Pegunungan Muller (timur), Dataran Tinggi Madi (selatan), dan Pegunungan Kelingkang (barat) pun akan mengalir ke sana.

Arwana merah

Di tengah keheningan hutan di Bukit Tekenang, lokasi base camp TNDS, Budi melanjutkan pembicaraan. Pada masa lalu, Sentarum dikenal juga sebagai kawasan yang kaya akan ikan arwana atau siluk merah (Scleropages formosus). Namun, kini arwana yang nilai per ekornya jutaan, bahkan puluhan juta rupiah, itu bisa dibilang hanya tersisa di kawasan Meliau.

Meski demikian, kekayaan Sentarum lainnya tetap utuh. Setidaknya saat ini masih ada tujuh jenis hutan, seperti Hutan Rapak Gelgah yang ditumbuhi tanaman setinggi 5-8 meter dan tergenang selama 8-11 bulan, Hutan Pepah (dengan tumbuhan setinggi 25-35 meter), dan Hutan Kerangas (dengan tumbuhan setinggi 20-26 meter).

Menurut inventarisasi TNDS akhir 1990-an, ada 675 jenis flora yang tergolong dalam 97 familia di taman nasional tersebut. Selain itu, ada 147 jenis mamalia dan 31 jenis reptil.

”Delapan jenis reptil yang masih menghuni TNDS merupakan hewan yang dilindungi, seperti buaya muara (Crocodylus porosus) dan buaya senyulong (Tomistoma schlegelli). Buaya katak/rabin (Crocodilus raninus) yang di Asia telah dinyatakan punah sejak 150 tahun yang lalu diperkirakan masih ada di Sentarum,” papar Budi.

Burung juga sangat beragam. Setidaknya ada 311 jenis di kawasan itu. Beberapa di antaranya adalah bangau hutan rawa (Ciconia stormi) yang tergolong langka, beluk ketupa (Ketupa ketupa), bangau tuntong (Leptoptilus avanicus), dan delapan jenis rangkong (Bucerotidae) yang dilindungi secara internasional. ”Baru-baru ini burung langka elang-ular kinabalu atau Spilornis kinabaluensis, yang biasa hanya dijumpai di Gunung Kinabalu, Sabah, Malaysia, pun berkeliaran di sekitar sini,” tutur Budi.

Ikan, meski arwana merah sudah sangat minim, jenis lainnya masih banyak terdapat di sana. Mulai dari yang ukurannya sekitar satu sentimeter, seperti ikan linut (Sundasalax cf Microps), sampai yang panjangnya dua meteran, yaitu ikan tapah (Wallago leeri), di samping beberapa jenis yang luar biasa enaknya untuk dikonsumsi, seperti toman, lais, belida, jelawat, dan patin. ”Terakhir masih tercatat 265 jenis ikan di TNDS,” kata Budi lagi.

Tak mengherankan jika keanekaragaman hayati TNDS mengundang minat puluhan, bahkan ratusan, peneliti dalam dan luar negeri. ”Bisa dikatakan, Danau Sentarum merupakan surganya peneliti,” kata Direktur Canopy Indonesia Deny Sofian, yang sebulan terakhir berada di tempat itu untuk mengabadikan alam dan kehidupan masyarakat Sentarum, senada dengan Hendrika, mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, Pontianak, yang sedang melakukan penelitian di lokasi yang sama.

Sayangnya, menuju lokasi itu tidaklah mudah. Dari Pontianak, butuh waktu lebih kurang 14 jam untuk perjalanan darat dan air.

Di samping itu, di dalam TNDS belum ada tempat penginapan. Padahal, kawasan tersebut sangat potensial dijadikan obyek wisata. Setidaknya, wisatawan dari Malaysia dan Singapura bisa ditarik masuk ke sana.

Semoga potensi tersebut tak diabaikan begitu saja....

Ket :

* Biru : Argumentasi, karena percaya ketinggian air bisa mencapai 14 meter.

* Orange : Penalaran, karena saat cuaca cerah, burung-burung bisa menghiasi langit.

Sumber : www.KOMPAS.com

0 komentar: